Jumat, 09 Maret 2012

Berbesar Hatilah Djohar Arifin.

Rasanya tak berhenti duka yang menghampiri sepak bola Indonesia. Ditengah kisruh PSSI yang semakin meruncing dengan akan segera dilaksanakannya KLB, prestasi Timnas Indonesia kembali gagal dan mencoreng muka seluruh masyarakat Indonesia. Baru saja pasukan muda Timnas Indonesia U21 menelan kekalahan yang memalukan di final Turnamen Hasanal Bolkiah yang digelar di Brunei Darussalam. Turnamen ini digelar oleh Brunei Darussalam untuk menghormati pemimpin mereka Sultan Hasanal Bolkiah. Turnamen ini pertama kali diadakan pada tahun 2002 hingga tahun 2008, namun pada tahun 2009 turnamen ini ditiadakan akibat Brunei Darussalam harus menjalani sanksi FIFA dibekukan keanggotaannya. Baru pada 30 Mei 2011 sanksi terhadap Brunei Darussalam dicabut oleh FIFA.

Pada pagelaran pertamanya pasca dibekukan oleh FIFA, Brunei Darussalam langsung menunjukkan perubahan yang sangat mengejutkan para negara yang selama ini menjadi langganan juara kecuali Thailand yang pada pagelaran tahun ini membatalkan keikutsertaanya.

Di partai puncak yang disaksikan oleh mayoritas pendukung tuan rumah, Timnas Brunei Darussalam berhasil menekuk Indonesia yang
bermain sangat agresif di hampir sepanjang pertandingan. Kekalahan ini sungguh sangat menyesakkan bagi para pecinta sepak bola Tanah Air. Bahkan seluruh media di tanah air pun memprediksi bahwa Indonesia akan membawa pulang trophy turnamen ini ke Indonesia sekaligus menjadi penyejuk di panasnya organisasi tertinggi sepak bola Indonesia yaitu PSSI. Setelah beberapa minggu sebelumnya Timnas Indonesia U23 dipecundangi tak berdaya oleh Timnas Bahrain dengan 10-0 tanpa balas, kembali timnas muda Indonesia ditekuk oleh negara yang baru saja keluar dari sanksi FIFA yaitu Brunei Darussalam dengan 2-0.
Setelah kekalahan ini saya tak perlu berpikir panjang, saya yakin dan sangat yakin PSSI pasti akan mencoba untuk mencari kambing hitam atas kekalahan ini. Mungkin saja alasannya karena pemain Indonesia kurang beruntung (ya emang kalau kalah itu ya kurang beruntung!) atau karena faktor tekanan dari pendukung tuan rumah (apa ga nengok ya tadi babak pertama pendukung Indonesia memerahkan stadion. haha..

Oia, kenapa saya mengatakan kekalahan dari Brunei ini sangat memalukan? wajar saja jika melihat prestasi persepakbolaan negara tersebut. Negara ini baru terdaftar di FIFA pada tahun 1993 pada saat itu penulis baru berusia 6 bulan haha.

Terlepas dari dua hasil buruk ini, masih tersisa konflik yang sangat mengganggu pesepak bolaan di Tanah Air yaitu masalah kompetisi di Indonesia yang kini terpecah menjadi dua kubu pengusaha yang katanya sebagai orang yang mendanai liga tersebut. Kini beberapa orang yang dulu mendukung Djohar Arifin menjadi Ketum PSSI kini membelot dan menuntut diadakannya KLB PSSI. Semua dilatarbelakangi oleh PSSI yang terlalu banyak membelot dari statuta FIFA, yang tidak merangkul klub dari ISL maupun LPI. Malah PSSI membuat kompetisi baru yang sangat kontroversial.

Jika Djohar Arifin memang cinta sepak bola Indonesia menuju arah yang lebih baik tentunya ia akan dengan lapang dada akan turun dari jabatannya, ia tidak akan terhina jika mengundurkan diri tetapi seluruh masyarakat Indonesia akan angkat topi untuk kebesaran hatinya. Semoga saja posting ini ada yang membaca dan didengarkan oleh Pak Djohar Arifin demi kemajuan Indonesia..


Bravo Sepak Bola Indonesia. Bangunlah wahai Indonesia.

Glory Glory Man United.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar